Bull-Run pada beberapa cryptocurrency baru-baru ini membuat token Bitcoin naik hampir 20% sejak 2 April hingga hari ini (setelah beberapa crypto dibuka dan ditutup hijau dalam skala harian).
Banyak ahli telah menunggu kabar positif untuk aset crypto. Tampaknya doa mereka mungkin telah dijawab ketika perusahaan riset dan strategi pasar, Fundstrat, telah melaporkan bahwa indikator teknikal penting mereka menunjukkan bahwa Bitcoin memiliki potensi kuat untuk memulai lonjakan hingga sebesar 193%.
Ketika Anda mempertimbangkan level harga saat ini dengan data ini, maka anda akan menemukan bahwa kenaikan sebesar 193% akan mencapai sekitaran level harga $ 13.500 (Rp 190 juta).
Menurut Fundstrat, rally pada harga Bitcoin terbaru di atas MA200 kemungkinan akan tetap menjadi salah satu faktor paling penting untuk diperhatikan dalam cryptocurrency terkemuka untuk bergerak hijau dan menguat.
Berdasarkan laporan dari MarketWatch, Fundstrat baru-baru ini telah melakukan analisis pengembalian rata-rata Bitcoin melalui periode enam bulan (setiap kali crypto diperdagangkan baik di atas atau di bawah MA200).
Ketika Fundstrat merilis laporan ini pada hari Selasa lalu, 200 hari BTC mencapai $ 4.620. Ini, pada dasarnya dapat diartikan bahwa rally harga 193% akan mendongkrak harga Bitcoin menjadi sekitar $ 13.500. Terakhir kali angka seperti itu terlihat untuk Bitcoin adalah pada 15 Januari tahun lalu.
Untuk saat ini, pasar crypto mencoba bergerak di zona merah. Di antara tiga crypto teratas berdasarkan kapitalisasi pasar, harga Bitcoin telah turun sebesar 2,21%, atau diperdagangkan pada sekitaran harga $ 4.927 ( Rp 69 ,449,00) menurut data CoinMarketCap.
Pendiri dan kepala peneliti di Fundstrat, Tom Lee, mulai menyebarkan paham Bull-Run Bitcoin kembali. Dalam sebuah segmen baru-baru ini di CNBC, ia mengatakan bahwa dirinya mengharapkan BTC untuk naik lebih tinggi.
Menurut Tom Lee, ada banyak faktor untuk mendukung teorinya. Bahkan, Lee menyatakan bahwa nilai wajar dari Bitcoin (BTC) saat ini dapat dengan mudah memasuki kisaran lima digit. Dia percaya bahwa BTC masih berada dalam status undervalued.
Menurut Lee, sementara Bitcoin (BTC) telah terseret arus Bearish kuat disepanjang 2018 (periode yang membuat banyak startup runtuh, kapitalisasi pasar secara keseluruhan kehilangan nilai 85%, investor ritel melarikan diri, dan pemain lembaga masih mengamati saja), tahun 2019 sudah mulai terlihat lebih baik.
Sebelum lonjakan baru-baru ini di atas $ 4.200 (Rp 59 juta) dan seterusnya, harga Bitcoin (BTC) telah mengalami kenaikan sebesar 11% sejak awal 2018.
Lee membuat poinnya diketahui hanya beberapa minggu setelah dia menyatakan bahwa keadaan makro-ekonomi saat ini memiliki potensi untuk mendorong harga Bitcoin lebih tinggi pada tahun 2019.
Dalam laporan sebelumnya dari perusahaan, Lee yang juga seorang komentator terkemuka mengutip bahwa pasar negara berkembang, yang memiliki nilai mereka dideteksi melalui MSCI Emerging Markets Index, menurunkan Bitcoin (BTC) selama 2018. Indeks khusus ini turun 27% pada 2018, karena Bitcoin (BTC) telah kehilangan 70% dari nilainya, sehingga kini berada dalam status undervalued.
Namun, karena Fundstrat memperkirakan bahwa pasar negara berkembang akan mengungguli ekuitas AS pada 2019. Ketika Anda menggunakan korelasi ini, menurut Lee, jika Bitcoin “mengejar” makroekonominya, maka ia berpotensi untuk mencapai Rp 140 juta atau bahkan Rp 280 juta.
Sumber : https://cryptoharian.com