Berbicara tentang pemimpin dalam menjalankan praktek kepemimpinannya baik di perguruan tinggi, pemerintahan, perusahaan, atau di lembaga-lembaga lainnya selalu dihubungkaitkan dengan sikap keadilan dan kezaliman. Keadilan dan kezaliman itu berhubungan dengan cara seorang pemimpin memperlakukan orang-orang yang berada di bawah kepemimpinannya.
Bila seorang pemimpin itu memperlakukan para bawahannya dengan baik, mendudukkan sesuatu (seseorang) itu pada tempatnya, menghargai staff sesuai kinerja dan prestasinya, tidak pilih kasih, tidak bersikap diskriminatif dan mengedepankan prinsip transparansi dan profesionalitas dalam kepemimpinannya, berarti ia sudah berbuat adil. Sebaliknya bila seorang pemimpin itu memperlakukan bawahannya secara tidak baik, tidak mendudukan sesuatu (seseorang) pada tempatnya, tidak pandai menghargai staffnya yang berprestasi, bersikap pilih kasih (like and dislike) dan diskriminatif, kurang transparan dan tidak profesional, suka menahan hak-hak bawahan yang harus diterimanya, berarti ia sudah berbuat zalim.
Pemimpin yang adil atau zalim sangat berkaitan dengan integritas dan kepribadian seseorang. Ianya belum tentu ada kaitannya dengan tingkat pendidikan seseorang. Tidak ada jaminan, pemimpin yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi lalu dengan serta merta memiliki integritas dan kepribadian yang baik. buktinya sudah banyak orang yang berpendidikan tinggi di negara kita ini, pada saat diberi kesempatan untuk menjadi pemimpin tidak mampu menjadi qudwah (teladan yang baik). sebaliknya orang-orang biasa yang dengan pendidikan rendah malahan mampu menunjukkan suatu kepemimpinan yang baik dan berprestasi.
Bersikap adil dalam menjalankan kepemimpinan ini sangat ditekankan oleh ajaran agama. Bahkan menurut al-quran keadilan itu tidak hanya diberikan kepada orang-orang yang disukai tapi juga kepada orang-orang yang dibenci.
“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan’ (Q.S. Al-Maidah: 8)-
Pemimpin yang adil nanti di hari kiamat akan mendapat perlindungan dari Allah swt “Abu hurairah r.a: berkata: bersabda nabi saw: ada tujuh macam orang yang bakal bernaung di bawah naungan allah, pada hati tiada naungan kecuali naungan allah: salah satunya adalah pemimpin yang adil (H.R. Bukhari Muslim).
Riwayat yang lain Rasulullah saw bersabda: sesungguhnya orang-orang yang berlaku adil, kelak disisi allah ditempatkan diatas mimbar dari cahaya, ialah mereka yang adil dalam hokum terhadap keluarga dan apa saja yang diserahkan (dikuasakan) kepada mereka. (H.R.Muslim).
Hal senada juga dinyatakan dalam satu riwayat Rasulullah saw bersabda: orang-orang ahli surga ada tiga macam: raja yang adil, mendapat taufiq hidayat ( dari allah). Dan orang belas kasih lunak hati pada sanak kerabat dan orang muslim. Dan orang miskin berkeluarga yang tetap menjaga kesopanan dan kehormatan diri. (H.R. Muslim).
Sebaliknya para pemimpin yang zalim (berbuat aniaya) akan menjadi sumber malapetaka baik bagi dirinya maupun bagi yang lainnya baik di dunia maupun di akhirat:
Rasulullah saw bersabda: sesungguhnya sejahat-jahat pemerintah yaitu yang kejam (otoriter), maka janganlah kau tergolong daripada mereka. (HR. Bukhar dan Muslim)
Dalam riwayat yang lain Rasulullah saw bersabda: siapa yang diserahi oleh allah mengatur kepentingan kaum muslimin, yang kemudian ia sembunyi dari hajat kepentingan mereka, maka allah akan menolak hajat kepentingan dan kebutuhannya pada hari qiyamat. Maka kemudian muawiyah mengangkat seorang untuk melayani segala hajat kebutuhan orang-orang (rakyat). (H.R. Abu Dawud & Tirmidzy)
Rasulullah saw bersabda: tidak akan masuk surga orang yang suka menipu, orang yang bakhil, orang yang suka mengungkit-ungkit kebaikan/pemberian, dan pemimpin yang buruk. Orang yang pertama kali masuk surga adalah budak yang taat kepada allah dan taat kepada majikannya. (H..R.Turmudzi)
Rasulullah saw bersabda: tiada seorang yang diamanati oleh allah memimpin rakyat kemudian ketika ia mati ia masih menipu rakyatnya, melainkan pasti Allah mengharamkan baginya surga. (H.R. Bukhari dan Muslim)
Umar bin ‘Abdul-Aziz rahimahullah berkata,”Masyarakat umum bisa binasa karena ulah orang-orang (kalangan) khusus (para pemimpin). Sementara kalangan khusus tidaklah binasa karena ulah masyarakat. Kalangan khusus itu adalah para pemimpin. Berkaitan dengan makna inilah Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zhalim saja di antara kamu” [Q.S. Al-Anfâl:25]. Al-Walid bin Hisyam berkata,”Sesungguhnya rakyat akan rusak karena rusaknya pemimpin, dan akan menjadi baik karena baiknya pemimpin. Wallah A’lam***